Sunday, July 12, 2015

Untukmu yang Bosan Ditanya Kapan?

 Untukmu yang Bosan Ditanya Kapan?

Mungkin sudah jadi sifat alami manusia, ingin mengetahui apa yang terjadi dalam kehidupan orang lain. Atau juga mungkin itu hanya sebuah sikap baik, sikap ramah, ataupun sebuah perhatian tentang keadaan orang lain. Dan perhatian itu sering kali dimulai dengan sebuah kata tanya "kapan?".

Kamu yang terjebak di gelapnya masa-masa bimbingan dengan dosen pasti mengerti dengan sakitnya pertanyaan "kapan wisuda?". Setelah berhasil melewati masa perjuangan berat dikampus, orang-orang akan 'memperhatikan' (red : mempertanyakan) kegiatanmu di masyarakat dengan bertanya "kapan kerja?". Belum cukup disana, dengan pekerjaan yang menjanjikan, mereka mulai memperhatikan masa depan hidupmu dengan bertanya "kapan kawin?", dan ini adalah salah satu pertanyaan terbesar yang jika salah-salah bertanya bisa menyebabkan pertumpahan darah antara penanya dan yang ditanya. Dan masih banyak "kapan?-kapan?" lain yang menyusul seperti ; "kapan punya anak?", "kapan punya rumah?", "kapan punya kendaraan?", "kapan naik haji?", "kapan jadi presiden?", dan "kapan?-kapan?" lainnya mulai dari yang masuk akal sampai yang keluar akal.

Dan mungkin, ada sebagian dari kamu yang malah bukan menjadi korban dari pertanyaan ini, melainkan menjadi pelakunya. Ketika kamu berada diposisi yang lebih baik, kamu mempertanyakan "kapan?" kepada orang yang berada diposisi di bawah kamu. Ketika kamu sudah menikah, kamu mulai bertanya "kapan kawin?" kepada teman mu yang belum menikah. Ini sungguh suatu perlakuan yang menyakitkan. Apalagi korban yang ditanya ini Jomblo akut, tampang pas-pasan dan belum wisuda. Sungguh, ini seperti menusuk pant*t singa kelaparan dengan tusuk gigi bekas.

Untuk lebih baik, bagi kamu yang sering ditanya "kapan?", maka alangkah baik kita bertanya balik kepada mereka yang bertanya. Ketika mereka bertanya "kapan kawin?", "kapan wisuda?", maka bertanyalah kembali kepada mereka yang bertanya itu, "Kapan Kamu Mati?". 

Mungkin ini sedikit 'nyentrik' dan 'menggelitik'. Tapi, bukankah pertanyaan ini mempunyai jawaban yang berujung pada satu hal, yaitu takdir Tuhan. Kita tidak tahu kapan kita akan mati, seperti mereka yang bertanya 'kapan?' itu meninggalkan dunia ini. Bukankah kita hanya bisa berusaha menjaga kesehatan tubuh kita, dan masalah kematian itu kembali kepada kehendak-Nya?

Dan bukankah semua pertanyaan kapan itu mempunyai jawaban yang kembali kepada-Nya. Kita tidak tahu kapan wisuda, karena kita tidak tahu kapan Tuhan menggerakkan hati para dosen itu menerima skripsi kita. Kita tidak tahu kapan mendapatkan pekerjaan karena kita tidak tahu kapan Tuhan memberikan rezeki dan nikmatnya bekerja itu kepada kita. Dan bukankah jodoh seperti itu juga. Kita hanya bisa berdoa dan berusaha memperjuangkan perasaan kita tanpa bisa berbuat banyak untuk meyakinkan hati dia kepada kita. Dan bukankah semuanya kembali kepada Tuhan yang menguasai setiap hati manusia.

Dan untukmu yang sering bertanya "kapan?", maka hentikanlah pertanyaan menyakitkan ini, karena tidak ada yang tahu dengan pasti masa depan ini, kecuali Tuhan.

Dan untukmu yang sering terluka disiksa pertanyaan "kapan?", maka kembalikan lah jawaban pertanyaan itu kepada Tuhan, dan kembalikan pertanyaan itu kepada mereka yang bertanya.
"Kamu Kapan Mati?"

Saturday, July 11, 2015

Jangan biarkan Imajinasimu Menguasaimu

Seringkali kita disibukkan oleh imajinasi, bukan oleh masalah yang sedang kita hadapi. Walaupun otak dan fikiran merupakan milik kita, yang kita kuasai dan kita atur, tapi tidak selamanya dia patuh pada perintah dari diri kita sendiri. Seringkali dia melakukan hal yang tidak seharusnya dilakukannya, salah satunya adalah membayangkan apa yang belum terjadi.

Walaupun tidak selamanya membayangkan apa yang belum terjadi itu buruk, tapi ada beberapa hal yang perlu kita waspadai ketika otak kita membayangkan apa yang belum terjadi. Yang buruk itu adalah, ketika dia membayangkan hal-hal yang membuat kita cemas, padahal tidak pasti hal yang sedang dirancangnya itu, akan terjadi demikian.

Ambil saja contoh ketika kita melakukan suatu perjalanan. Jauh hari sebelum berangkat, otak kita akan berusaha mencari-cari cerita untuk menakuti kita. Bagaimana jika pada hari h, cuaca tidak cerah. Bagaimana kalau kita dirampok ditengah jalan. Dan ketika akan berangkat, otak kita memikirkan bagaimana jika di perjalanan tiba-tiba kendaraan kita mogok. Bagaimana dan bagaimana lainnya yang membuat kita cemas. Walaupun kadang kita mampu menepis pikiran sesaat ini, tapi tidak sedikit orang yang tak mampu mengendalikan fikiran kecemasan seperti ini.

Masalah hati, juga seringkali dibuat sulit oleh fikiran kita. Ketika kita bertemu dengan orang yang kita sukai, otak akan mencari cara untuk membuat kita cemas. Bagaimana jika ternyata dia tidak menaruh rasa pada kita. Dan ketika kita diterima dan jadian sama orang yang kita sukai, dia akan mulai berimajinasi, bagaimana jika dia selingkuh dan meninggalkan kita. Dan begitu juga, ketika dia menjadi mantan kita, otak juga tak berhenti memperburuk keadaan, bagaimana jika kita tidak tahan melihat dia bersama dengan pasangannya yang baru, dan kita tetap cemburu serta tak mampu melakukan apa-apa. Kita takut, masihkah kita bisa bertahan hidup didunia ini melihat dia bersama yang lain.

Mungkin otak ini bermaksud baik kepada kita. Dengan membayangkan hal-hal buruk yang mungkin bisa terjadi di masa depan, membuat kita mempersiapkan diri untuk menghadapi yang terburuk. Tapi, kenyataannya sering tidak demikian. Dengan adanya fikiran2 buruk ini, kita bukannya bisa mempersiapkan diri untuk menghadapi keadaan buruk yang mungkin datang, akan tetapi fikiran buruk ini membuat kita lupa diri dan tidak bisa berfikir jernih. Ketika kita memikirkan hal-hal buruk yang mungkin terjadi, kita tidak mampu memikirkan solusi untuk kemungkinan buruk tersebut. Kita hanya memikirkan apa kejadian buruk yang akan terjadi, bukan memikirkan solusi dari kejadian tersebut. Dan yang parah adalah, ketika kita memikirkan masalah yang masih jauh waktu nya (dan itupun belum tentu terjadi), kita jadi melupakan masalah kita saat ini. Bukankah kita setiap waktu punya masalah jangka pendek yang perlu kita selesaikan. Dan fikiran2 buruk ini, sering kali mengganggu aktifitas kita menghadapi masalah yang baru datang.

Dan juga, dengan membiarkan otak kita mengembangkan imajinasi2 buruknya, kita lupa untuk berfikir yang positif. Disamping kejadian buruk, bukankah ada kejadian2 baik yang terjadi pada kita. Kita disibukkan oleh otak kita dengan kejadian buruk, tapi dia jarang kali memikirkan kejadian baik yang akan datang.

Bagaimana ketika kita melakukan perjalanan, cuaca pada hari h sangat cerah. Bagaimana jika kita bertemu kawan lama di perjalanan. Bagaimana jika cinta kita diterima, bagaimana jika hubungan kita baik-baik saja, dan bagaimana jika kita baik-baik saja melihat mantan kita jalan dengan orang lain. Bukankah kita tidak tahu apa yang terjadi kedepannya.

 tubuh kita ini berjalan dengan dua arah. Ketika kita bahagia, kita akan tersenyum. Tapi tak banyak yang sadar, ketika kita tersenyum, diri kita akan bahagia. Ketika ketika bersedih, kita akan cemberut. Dan tak banyak juga yang tahu, ketika men-cemberut-kan wajah kita, akan membuat kita jadi sedih. Begitu juga dengan fikiran kita. Kadang dia berada di bawah kekuasaan kita, kita yang mengaturnya, kita yang memerintah nya. Akan tetapi, kadang dia yang berkuasa, dia yang mengambil alih, dan dia yang mengatur perasaan kita.

Cobalah sejenak untuk duduk rileks, kemudian cemberutkan wajah, ambil posisi seperti yang biasa engkau lakukan ketika menangis, dan cobalah membayangkan hal-hal indah yang pernah engkau dapatkan. Sulit, sungguh sulit.

Sekarang, ambil lagi posisi rileks, kemudian angkat tangan tinggi-tinggi, bentangkan seperti huruf y, seperti orang yang lepas dari masalah terbesar, seperti orang berhasil mencapai cita2 terbesarnya, keluarkan ekspresi paling bahagia, lebarkan senyum semaksimalnya, pertahankan posisi ini, dan cobalah memikirkan hal yang menyedihkan. Sulit, sungguh sulit.

Belajarlah untuk mengenali kapan fikiran buruk itu mengendalikan kita. Belajarlah menyadari kapan fikiran2 negatif yang membuat cemas itu datang pada kita. Pelajari cara mengendalikannya. Pelajari cara untuk mengalihkan fikiran negatif itu menjadi fikiran yang positif.

Ketika kita bersedih dan takut karena fikiran kita, paksakanlah untuk tersenyum. Karena cemberut hanya akan membuat otak kita makin liar, otak kita akan semakin menambah bayangan terburuk yang akan terjadi. Dengan tersenyum, kita akan memaksa tubuh kita berbahagia. Kita paksa otak kita untuk menghentikan imajinasi negatifnya, kita paksa dia memikirkan hal yang baik-baik.

Jangan lagi bersedih, jangan lagi biarkan kesedihan mu makin dalam. Dan jangan lagi, biarkan imajinasimu membuatmu makin bersedih. Tersenyum, dan berbahagialah...


Powered by Blogger.