Menumbuhkan minat baca
“Buku apa ini, kok nggk ada gambarnya?”
“Tebal kali bukunya, berapa bulan baru kelar bacanya ni”
“Aq kalo baca buku kayak gini, belum 3 halaman udah tertidur
aq”
Itu beberapa komentar wajib, yang sering diucapkan oleh
orang2 sekitar q yg melihat buku yang sedang q baca. Aku tidak marah, tidak
pula heran dengan reaksi orang2 seperti itu. Karena, aq juga pernah berada
diposisi demikian. Posisi dimana aq tak melihat untung dari membaca buku. Apalagi
bukunya nggk ada gambar. Itu artinya, tiap halaman harus dibaca tanpa henti,
tanpa ada penyegaran mata melihat gambar. Posisi dimana aq tak mengerti dimana
nikmatnya membaca buku, hanya melihat susunan huruf2 yang tak bergerak. Apalagi
buku tersebut adalah non fiksi, bisa dibayangkan tidak ada konflik yang memacu
adrenalin dari buku tersebut. Apa enaknya.
Tapi itu dulu, masa2 dimana aq belum bersahabat dengan buku.
Itu dulu, tapi semua berubah ketika negara api menyerang.
Sekarang aq berdamai dengan buku. Buku bukan lagi makhluk
yang membuat aq ngantuk. Bukan makhluk yang menakutkan. Tapi, sekarang menjadi
teman. Bahkan aq merasa bersalah dengan diri sendiri jika dalam satu bulan, aq
tidak membaca buku baru. Apa yg terjadi? Kenapa aq bisa berubah? Apakah aq
bertemu dengan Yoda dan memberikan ku petunjuk bagaimana menemukan Force dari
buku? (*efek star wars). Aq akan mencoba berbagi bagimana aq bisa menemukan
kesenangan dari membaca, mudah2n kawan2 semua bisa menemukannya juga.
Sebenarnya, (menurut pendapat q), kita semua memiliki minat
baca dalam diri kita. Hanya saja dari kecil kita dipaksa untuk membaca buku
yang salah. Sehingga kita tidak memiliki minat dengan apa yang tersembunyi di
dalam sebuah buku. Kita tidak tertarik dengan buku2 dari sekolah, karena kita dipaksa
membaca buku yang ‘dipilihkan’ kepada kita. Bukan buku yang kita ‘pilih’. Walaupun
sekolah punya perpustakaan, (di sekolah q yang kecil) tak banyak buku2 pendamping
yang bisa dijadikan pilihan untuk dibaca. Jadinya, kita disekolah tak ada
pilihan lain selain membaca buku yang ‘dipilihkan’ kepada kita, bukan buku yang
kita ‘pilih’.
Sebagai orang yang besar di pinggiran kota, aq baru mengenal
toko buku Gramed*a setelah kuliah di kota besar. Niat pertama tentu saja
membeli buku yang berhubungan dengan jurusan kuliah. Lama aq berdiri di depan
rak buku ‘komputer’. Mulai dari pemrograman, desain, web, sampai hacking, tak
ada yang menarik bagiku untuk dibawa pulang. Daripada pulang dengan tangan
kosong, aq berkeliling dari rak buku2 komputer ke rak buku2 yang lainnya. Dan sampai
di rak buku psikologi, disinilah aq menemukan minat baca ku. Hampir semua buku
yang berada di rak ini menarik perhatian ku. Mulai dari psikologi mengenal diri
sendiri, mengenal bagaimana cara kerja otak sendiri, sampai pada psikologi
berhubungan dengan orang lain. Di toko buku ini, aq diberikan kebebasan untuk ‘memilih’
buku apa yang akan aq baca. Dan disinilah petualangan itu dimulai. Aq mulai
mengoleksi dan berusaha untuk setiap bulan menambah bacaan psikologi dan
pengembangan diri. Ternyata minat ku bukan di komputer, tapi psikologi. Salah jurusan?
Mungkin. Tapi setidaknya kesalahan ini membuatku menemukan dimana minat ku
sebenarnya.
‘Kebebasan untuk memilih’, mungkin adalah hal pertama yang
harus kita miliki untuk mulai menumbuhkan niat baca. Tak perlu ikut2an membaca
apa yang dibaca oleh orang lain disekitar kita. Jika ingin menumbuhkan minat
baca, mulailah memilih bacaan yang sesuai dengan diri kita sendiri. Mulailah
dari apa yang kita senangi. Walaupun itu berbeda dengan jurusan kuliah ataupun
kerja kita. Lebih baik terlambat dalam menemukan minat pada suatu bidang,
daripada tidak menemukannya sama sekali.
Mungkin ini bisa jadi pelajaran bagi kita. Mungkin kita
terlambat dalam menemukan minat baca. Tapi jangan sampai ini terjadi pada orang
lain, terutama orang2 terdekat kita. Ajaklah keluarga kita, sedini mungkin,
kenalkan dia pada buku. Bukan buku yang kita pilihkan. Tapi, berikanlah dia
kesempatan memilih bacaannya. Mudah2n dengan makin cepat dia menemukan minat
bacanya, tak banyak lagi manusia2 salah jurusan. Dan mudah2n dengan makin dini
mereka membaca buku, makin banyak jumlah buku yang telah dibacanya ketika
dewasa, dan makin bijaklah dia menghadapi masalah hidup ini.
“kita semua sebenarnya punya minat baca, hanya saja slama
ini kita sering dipaksa membaca buku yang salah”
:)