Sunday, November 22, 2015

Menikmati Kesendirian



Menikmati Kesendirian



"Banyak dari kita yang sering lupa cara untuk menikmati kesendirian"

Kita pasti pernah beberapa kali mendengar ataupun membaca status messenger orang yang merasa hidupnya bosan. Bosan karena tidak ada hal yang bisa dikerjakannya. Ataupun merasa kesepian, karena tidak ada orang-orang disekitarnya. Dan bisa jadi, kita sendirilah yang merasakan hal seperti itu saat ini. Kita bosan sekaligus malas melakukan sesuatu. Disatu sisi merasa bosan dengan rutinitas, tapi terlalu malas untuk melakukan hal yang baru. Ataupun bosan karena tidak melakukan apa-apa sekaligus malas untuk melakukan apa-apa. Ini membingungkan, tapi yang pernah mengalaminya, pasti mengerti.

Kita, manusia, memang makhluk yang agak susah dimengerti. Kadang kala, disaat kita sedang bekerja ataupun berkumpul bersama dengan teman-teman dan kenalan, kita tidak menikmati saat itu dan membayangkan betapa menyenangkan jika kita bisa menjauh dari sana dan menikmati kesendirian. Mungkin karena kita tidak menyukai pekerjaan ataupun salah satu teman kita, bisa juga kita tidak menyukai topik yang sedang dibahas ketika berkumpul tersebut.

Ketika kita sudah memiliki waktu sendirian di rumah ataupun di kontrakan, kita malah bingung karena ingin berkumpul bersama dengan teman dan kenalan. Kita bosan karena tidak ada yang bisa kita dengarkan, kita bicarakan, dan kita lakukan. Dan saat itu kita membayangkan betapa nikmatnya jika kita saat itu bisa pindah situasi dimana kita bisa berkumpul dengan teman dan kenalan.

Banyak dari kita yang sering lupa cara untuk menikmati kesendirian. Alih-alih menikmati kesendirian, kita malah berhayal bisa menghilangkan momen kesendirian itu. Kita membenci kesendirian, ketika saat kesendirian itu tiba, dan berharap bisa sendirian ketika kita sedang berkumpul dengan orang lain.

Ada banyak pekerjaan yang menanti dan yang sedang kita kerjakan. Ada banyak mimpi ingin ingin kita kejar. Ada banyak kenangan yang ingin kita lupakan. Sibuk. Kita selalu sibuk. Otak kita yang paling sibuk, sibuk memikirkan masa lalu dan sibuk memikirkan masa depan. Kita sibuk mengendalikan apa yang berada diluar tubuh kita, tapi kita sering melupakan apa yang berada di diri kita.

Kita lupa bahwa kesibukan yang kita jalani, itu karena tangan dan kaki kita bekerja bersama kita. Mata kita dan indra kita yang lain, fokus menerima informasi disekitar kita. Semua organ kita berkompromi dengan kita untuk mengejar mimpi yang kita inginkan. Tapi, kita tidak pernah sekalipun berterima kasih kepada mereka. Pernahkah kita memijat kaki kita sendiri, berterima kasih karena telah bertahun-tahun melayani keinginan kita berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Pernahkah kita mengusap tangan kita dan berterima kasih karena telah mengambilkan apapun yang kita butuhkan. Kita sering berterima kasih kepada orang lain, tapi tidak kepada diri kita sendiri.

Ajah Brahm, dalam bukunya ‘Si Cacing dan Kotoran Kesayangannya”, mengatakan, ada tiga pertanyaan besar yang perlu kita jawab dalam hidup ini. Pertama, “kapankah waktu paling penting?”. Kedua, “siapakah orang paling penting?”. Ketiga, “apa hal yang paling penting untuk dilakukan?”. Jawaban dari ketiga pertanyaan itu adalah, ‘saat ini’, ‘orang yang bersama kita’, ‘peduli’. Ketika kita sedang sendirian, saat itu, kita tidak memiliki orang lain yang bersama kita. Tidak ada orang lain, karena itu, orang yang paling penting saat kita sendiri adalah diri kita sendiri. Jika kita gabung jawaban ketiga pertanyaan itu, maka yang harus kita lakukan ketika kita sendirian adalah “peduli kepada diri sendiri”.

Jadi, ketika kita sendirian, tak perlu lagi kita merasa bersedih dan merasa kesepian. Nikmatilah waktu sendiri itu untuk peduli pada diri kita sendiri. Nikmatilah waktu itu untuk memanjakan diri kita sendiri. Berterima kasih lah kepada tubuh kita. Berterimakasihlah kepada setiap kaki kita, kepada tangan kita, kepada indra kita, kepada jantung kita, kepada paru-paru dan semuanya yang bisa kita rasakan. Dan tentunya, dibalik terimakasih kita, bersyukurlah kepada pencipta kita yang telah memberikan kesehatan kepada tubuh kita, dan menciptakan nya sesempurna bentuk.

Saturday, October 24, 2015

Menumbuhkan Minat Baca

Menumbuhkan minat baca

“Buku apa ini, kok nggk ada gambarnya?”
“Tebal kali bukunya, berapa bulan baru kelar bacanya ni”
“Aq kalo baca buku kayak gini, belum 3 halaman udah tertidur aq”

Itu beberapa komentar wajib, yang sering diucapkan oleh orang2 sekitar q yg melihat buku yang sedang q baca. Aku tidak marah, tidak pula heran dengan reaksi orang2 seperti itu. Karena, aq juga pernah berada diposisi demikian. Posisi dimana aq tak melihat untung dari membaca buku. Apalagi bukunya nggk ada gambar. Itu artinya, tiap halaman harus dibaca tanpa henti, tanpa ada penyegaran mata melihat gambar. Posisi dimana aq tak mengerti dimana nikmatnya membaca buku, hanya melihat susunan huruf2 yang tak bergerak. Apalagi buku tersebut adalah non fiksi, bisa dibayangkan tidak ada konflik yang memacu adrenalin dari buku tersebut. Apa enaknya.

Tapi itu dulu, masa2 dimana aq belum bersahabat dengan buku. Itu dulu, tapi semua berubah ketika negara api menyerang.

Sekarang aq berdamai dengan buku. Buku bukan lagi makhluk yang membuat aq ngantuk. Bukan makhluk yang menakutkan. Tapi, sekarang menjadi teman. Bahkan aq merasa bersalah dengan diri sendiri jika dalam satu bulan, aq tidak membaca buku baru. Apa yg terjadi? Kenapa aq bisa berubah? Apakah aq bertemu dengan Yoda dan memberikan ku petunjuk bagaimana menemukan Force dari buku? (*efek star wars). Aq akan mencoba berbagi bagimana aq bisa menemukan kesenangan dari membaca, mudah2n kawan2 semua bisa menemukannya juga.

Sebenarnya, (menurut pendapat q), kita semua memiliki minat baca dalam diri kita. Hanya saja dari kecil kita dipaksa untuk membaca buku yang salah. Sehingga kita tidak memiliki minat dengan apa yang tersembunyi di dalam sebuah buku. Kita tidak tertarik dengan buku2 dari sekolah, karena kita dipaksa membaca buku yang ‘dipilihkan’ kepada kita. Bukan buku yang kita ‘pilih’. Walaupun sekolah punya perpustakaan, (di sekolah q yang kecil) tak banyak buku2 pendamping yang bisa dijadikan pilihan untuk dibaca. Jadinya, kita disekolah tak ada pilihan lain selain membaca buku yang ‘dipilihkan’ kepada kita, bukan buku yang kita ‘pilih’.

Sebagai orang yang besar di pinggiran kota, aq baru mengenal toko buku Gramed*a setelah kuliah di kota besar. Niat pertama tentu saja membeli buku yang berhubungan dengan jurusan kuliah. Lama aq berdiri di depan rak buku ‘komputer’. Mulai dari pemrograman, desain, web, sampai hacking, tak ada yang menarik bagiku untuk dibawa pulang. Daripada pulang dengan tangan kosong, aq berkeliling dari rak buku2 komputer ke rak buku2 yang lainnya. Dan sampai di rak buku psikologi, disinilah aq menemukan minat baca ku. Hampir semua buku yang berada di rak ini menarik perhatian ku. Mulai dari psikologi mengenal diri sendiri, mengenal bagaimana cara kerja otak sendiri, sampai pada psikologi berhubungan dengan orang lain. Di toko buku ini, aq diberikan kebebasan untuk ‘memilih’ buku apa yang akan aq baca. Dan disinilah petualangan itu dimulai. Aq mulai mengoleksi dan berusaha untuk setiap bulan menambah bacaan psikologi dan pengembangan diri. Ternyata minat ku bukan di komputer, tapi psikologi. Salah jurusan? Mungkin. Tapi setidaknya kesalahan ini membuatku menemukan dimana minat ku sebenarnya.

Kebebasan untuk memilih’, mungkin adalah hal pertama yang harus kita miliki untuk mulai menumbuhkan niat baca. Tak perlu ikut2an membaca apa yang dibaca oleh orang lain disekitar kita. Jika ingin menumbuhkan minat baca, mulailah memilih bacaan yang sesuai dengan diri kita sendiri. Mulailah dari apa yang kita senangi. Walaupun itu berbeda dengan jurusan kuliah ataupun kerja kita. Lebih baik terlambat dalam menemukan minat pada suatu bidang, daripada tidak menemukannya sama sekali.

Mungkin ini bisa jadi pelajaran bagi kita. Mungkin kita terlambat dalam menemukan minat baca. Tapi jangan sampai ini terjadi pada orang lain, terutama orang2 terdekat kita. Ajaklah keluarga kita, sedini mungkin, kenalkan dia pada buku. Bukan buku yang kita pilihkan. Tapi, berikanlah dia kesempatan memilih bacaannya. Mudah2n dengan makin cepat dia menemukan minat bacanya, tak banyak lagi manusia2 salah jurusan. Dan mudah2n dengan makin dini mereka membaca buku, makin banyak jumlah buku yang telah dibacanya ketika dewasa, dan makin bijaklah dia menghadapi masalah hidup ini. 

kita semua sebenarnya punya minat baca, hanya saja slama ini kita sering dipaksa membaca buku yang salah
:)

Friday, October 23, 2015

Rumah Tangga – Fahd Pahdepie

Rumah Tangga – Fahd Pahdepie

Pengalaman adalah guru terbaik. Tidak hanya pengalaman pribadi, kita bisa menjadikan pengalaman orang lain sebagai guru kita. Seperti pengalaman2 berumah tangga yang dijalani oleh fahd dan istri, dituliskanny dalam buku ini. Bukan novel, tapi buku ini lebih mirip catatan harian seorang suami yang berusaha membahagiakan keluarganya, terutama istrinya.

Sebagai laki2, yang tentu saja banyak perbedaan nya dari perempuan, ada banyak hal yang sering kita lewatkan ataupun tidak kita perhatikan dari seorang wanita. Diantara kebahagian2 besar yang ingin kita wujudkan bersama pasangan, ada banyak kebahagian2 kecil yang mungkin terlewatkan oleh kita. Yang kita tidak tahu bahwasanya hal kecil itu adalah sesuatu yang besar bagi pasangan kita.
Fahd mencoba membagi hal-hal kecil yang sering kita lewatkan ini dalam tulisannya. Seperti ucapan terimakasih, kata2 sayang, dan kado kecil diluar hari2 penting. Mungkin kita takkan seromantis Khalil Gibran, tapi setidaknya kita bisa belajar hal2 romantis dari pengalaman yang dituliskan Fahd.
:)

PASSION

PASSION
(buku : do it with passion – ken robinson dan lou aronica)
Akhir2 ini kita sering di jejali dengan kata ini. Dalam bidang apa pun, passion selalu di bawa2. Mau urusan pendidikan, pekerjaan, usaha dan lainnya. Dan apalagi, saat ini wirausaha sedang digadang2kan, tak ketinggalan para wirausahawanpun di suruh untuk berjuang di passion nya.
Tapi, apa itu passion? 

Ini lah yang berusaha dijelaskan oleh Ken Robinson dalam buku dengan tebal 426 halaman. Kita akan diberikan penjelasan mengenai passion. Bagaimana sesuatu itu bisa kita sebut passion. Dan bagaimana jika kita tidak tahu dengan passion kita? Ataupun bagaimana jika passion kita bertentangan dengan apa yang diharapkan oleh lingkungan kita?
Dalam mengejar passion, haruskah kita meninggalkan pendidikan ataupun pekerjaan yang sedang kita geluti? Dan bagaimana jika usia kita tidak muda lagi saat ini, masihkah pantas kita memperjuangkan passion kita? Dan banyak pertanyaan2 seputar passion yang akan dijelaskan oleh penulis dari California ini.  Penjelasan mengenai passion ini disertai dengan cerita kehidupan orang2 yang sukses menjaladi hidup dari passion mereka.
Pada bagian akhir buku ini, penulis menekankan mengenai bagaimana passion dan kreatifitas siswa dibunuh oleh sistematika pendidikan yang sekarang kita jalani. Jadi, untuk kamu yang saat ini bergelut dibidang pendidikan, buku ini sangat disarankan untuk dibaca.
“cobalah bertanya kepada sekelompok murid kelas satu SD, siapa dari mereka yang paling kreatif, dan semua anak pasti mengancungkan tangan. Ajukan pertanyaan yang sama kepada sekelompok mahasiswa tingkat akhir, dan sebagian besar dari mereka pasti tidak mengangkat tangan”
Powered by Blogger.