Sunday, April 17, 2016

pantai tembakak - pesisir barat - lampung

Tuesday, April 12, 2016

Sewindu – Tasaro GK

Aq tertarik membeli buku ini bukan karena isinya. Tapi karena judulnya. “SEWINDU – cinta itu tentang waktu”. Ngk tw, kenapa kata sewindu itu terdengar begitu romantis bagiku. *heleh. Bandingkan dengan ‘Delapan tahun’. Jauh beda bunyi keromantisannya dibanding ‘Sewindu’. Mungkin karena bunyi kata sewindu mirip dengan merindu. Apa karena aku sudah sewindu merindukanmu...? *aseeek
 
Tebalnya 382 halaman, dan sinopsis yang ditulis singkat dibagian belakang bukunya sedikit membuat aq ragu untuk membawa pulang buku ini.
 
Aq menyangka buku ini tentang lika-liku pasangan muda yang baru menikah, menjalani rumah tangga yang baru, dengan keluarga baru, dengan masalah baru. Ternyata... emang itu. Hanya saja, itu hanya bagian kecil dari isi buku ini.
 
Memang bagian awal buku ini, Tasaro menceritakan lika-liku hidupnya dengan pasangan barunya, dengan pekerjaan barunya, dengan rumah barunya, dengan keluarga barunya dan dengan masalah barunya. Dan perjuangan-perjuangan lainnya. Tapi, di bagian selanjutnya dia bercerita bagaimana sebenarnya dalam hidup ini, kita ngk hanya dibantu oleh keluarga, tapi ada banyak sahabat-sahabat yang mendukung dan membantu kita dalam hidup ini.
 
Ketika membaca bagian ini, aq jadi teringat semua kawan dekat (mungkin ngk semua juga sih, tapi banyak lah pokoknya) yang mengawani diri dalam menjalani hidup ini. Mulai dari kawan semasa SD yang mengajarkan ku berpetualang di belakang sekolah, pake baju sekolah, masuk lumpur hitam, hanya untuk mengambil buah ‘ambacang’ (punya orang) yang tak seberapa, dan ditutup dengan kena ‘semprot’ bos di rumah. Menyedihkan memang, tapi setiap diingat slalu membuat bibir ini tersungging. Sampai kawan-kawan kuliah yang mengajarkan petualang antar propinsi demi menyelamatkan seekor sotong. Ah, bersamamu hidup ini jadi lebih menyenangkan.
 
Dan dibagian selanjutnya dia menceritakan bagaimana dia memikirkan sumbangan dalam hidup ini. Ngk mungkin kita hidup, terus beranak pinak, mensukseskan anak, kemudian mati. Gitu saja, sungguh hidup seperti itu akan hambar rasanya. Bagaimana dia punya cita-cita untuk memajukan daerahnya, dan bagaimana tantangan yang dihadapinya. Dan tentu saja, bagian ini cukup ‘menampar’ diri ini, yang belum juga mulai memikirkan dan memberikan kontribusi yang berarti untuk orang-orang sekitar. Jangankan untuk negara ini, untuk tetangga saja blm ada, *apalagi kucing tetangga. (kecuali anak tetangga, sering aq kasih perhatian *aq perhatikan dari jauh maksudnya... huehuehuehueee). Mudah2n mimpi2 yang sudah aq rencanakan bisa terwujud dan menjadi manfaat bagi orang lain nntinya.
 
Dan bagian akhir novel ini ditutup dengan cerita paling menyentuh umat manusia. Tentu saja cerita tentang ayah dan ibunya. Membaca cerita perjuangan seorang ibu (walaupun ibu orang lain) slalu bisa membuat pertahanan kantong mata ini jebol. Banjir.... *tisu mana tisu... 
 
Earl : “It's enough to make a grown man cry. But not this man! Get back in there, tear!”---Cloudy with a Chance of Meatballs 2. 
 
(nulis lagi). Dan juga, cerita tentang bagaimana dia berdamai dengan ayahnya. Ini sungguh mengharukan. (jadi ingat bos d rumah. *Mak, Pak, anak mu rindu) 
 
Nb. Ada disatu judul, dia bercerita tentang perjuangannya menulis buku “Muhammad : Lelaki Penggenggam Hujan”. Bagian ini nanti ingin aku tuliskan khusus, karena novel Muhammad ini cukup spesial. Karena aq mengenal TasaroGK dari novel ini.
Powered by Blogger.